Selasa, 10 Desember 2013

Tantangan Guru Sekolah Dasar



Guru adalah sebuah profesi pekerja yang menuntut kemampuan khusus selain mengajar yaitu memberi pelajaran berupa ilmu pengetahuan. Terutama bagi guru sekolah dasar (SD) harus menguasai semua bahan ajar mulai dari IPA, IPS, Matematika, Bahasa sampai Muatan lokal. Di banyak daerah, sekolah dasar rata-rata masih memakai guru kelas, karena guru terbatas jumlah dan latar belakang keilmuannya. Selain mengajar, guru juga harus memiliki kemampuan mendidik yaitu  membekali murid dengan membiasakan untuk hidup bertatakrama, bersopan santun dan bersikap terbuka serta mensyukuri nikmat.
Hal tersebut cukup membuat guru sekolah dasar sibuk menguasai kelas ketika pembelajaran berlangsung. Beraneka ragam tingkat IQ dan latar belakang murid merupakan masalah bagi setiap guru. Untuk itu seorang guru SD harus memiliki cara mengajar yang mudah, efektif serta bisa menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Teknik mengajar yang interaktif antara guru dan murid, sehingga terjalin komunikasi dari guru dengan murid, murid dengan murid, murid dengan guru. Selama proses pembelajaran berlangsung guru mampu membuat murid betah untuk belajar dan akhirnya proses mengajar pun bisa berlangsung dengan sangat menyenangkan. Tujuan guru menjadikan anak didik ber-IQ (kecerdasan intelektual), ber-EQ (kecerdasan emosional), dan ber-SC (kecerdasan spiritual) sesuai dengan tuntutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang berpedoman kepada BSNP (Badan Standar Pendidikan 2006).
Seorang guru sekolah dasar memiliki tantangan tersendiri, terutama pada tahap awal kelas sekolah dasar yang untuk pertama kali belajar menulis, membaca, berhitung. Keberhasilan tingkat pendidikan selanjutnya berawal dari sini. Oleh sebab itu seorang guru harus memiliki trik-trik praktis yang bisa digunakan di lapangan untuk memudahkan pekerjaan dalam menghadapi anak yang punya akal, kemauan, perasaan, pemikiran dan latar belakang orang tua yang berbeda. Salah satunya Mendongeng dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Mendongeng adalah merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif yang menjadi bagian dari keterampilan berbicara. Keterampilan mendongeng sangat penting bagi untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi juga sebagai pengembangan ketrampilan seni. Mendongeng adalah menceritakan dongeng yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi; terutama tentang kisah zaman dulu.
Saat ini, kegiatan mendongeng sudah jarang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar karena dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebenarnya kegiatan mendongeng dapat dijadikan konsep strategi bagi guru untuk lebih memaksimalkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Selain sebagai alternatif pilihan proses pembelajaran, mendongeng dapat menyegarkan suasana kelas, pikiran siswa serta dapat menambah kemampuan ketrampilan berbicara guru. Mendongeng tidak hanya dilakukan pada saat pembelajaran bahasa Indonesian saja, melainkan dapat juga dilakukan pada bidang studi lainnya, hanya saja porsi waktu yang disesuaikan atau sebagai pengantar mata pelajaran tersebut atau tatkala siswa mengalami kejenuhan belajar. Kita tahu bahwa mendongeng atau bercerita adalah hal yang cukup diminati oleh semua orang. Yang lebih penting adalah bagaimana guru memulai mendongeng secara teratur setiap hari meskipun dalam jangka waktu pendek daripada dalam jangka waktu panjang tetapi tidak teratur. Mungkin siswa terbuai dengan dongeng, maka guru bisa sedikit berdiskusi mengenai apa saja yang dia tanyakan. Atau bila siswa minta diceritakan sekali lagi, tidak ada salahnya memenuhi permintaannya. Bisa pula kegiatan ini dialihkan perlahan-lahan, misalnya dengan menyuruh siswa menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan cerita yang baru didengarnya dan guru dapat mengatakan bahwa besok akan mendongeng lagi dengan cerita yang lain.
Semua orang tentu menyukai cerita apalagi anak-anak. Saat dimana anak mengembangkan imajinasi dan memperluas minatnya adalah ketika ia mendengarkan cerita. Dengan cerita, anak belajar mengenal manusia dan kehidupan serta dirinya sendiri. Lewat cerita-cerita yang guru sampaikan, anak meluaskan dunia dan pengalaman hidupnya. Oleh karena itu mendongeng atau bercerita pada anak perlu dilakukan sejak dini. Untuk itu, seorang guru yang menjadi pendongeng dituntut mampu memanfaatkan sarana fisik berupa alat penghasil suara secara optimal serta mampu memanfaatkan sarana fisik lainnya, yakni tubuh dan anggota tubuh untuk melakukan mimik dan pantomimik yang menarik.
Salah satu hal yang perlu dikuasai seorang Guru SD adalah Teknik Mendongeng Yang Baik. Dewasa ini masih banyak orang yang belum mengetahui teknik mendongeng yang baik, sehingga harapan positif dari kegiatan mendongeng menjadi sia-sia bahkan membosankan. Semua orang bisa menjadi pendongeng yang baik, terutama bagi kalangan pendidik baik di pendidikan formal maupun non formal. Tidak perlu menjadi pendongeng yang profesional bila ingin dongengan Anda dapat diterima oleh orang lain, cukup mengetahui beberapa teknik mendongeng yang baik agar sebuah komunikasi dan kedekatan emosional dapat tercapai lewat dongengan kita. Berikut beberapa hal-hal yang harus Anda ketahui:
·      Banyak guru atau orang tua yang mengaku kekurangan referensi mendongeng, padahal di lingkungan sekitar bisa menjadi sumber referensi. Misalnya, metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu dapat diceritakan secara menarik. Ada banyak buku atau artikel tentang cerita rakyat atau sumber berita yang kita lihat dan dengar di media masa, cukup dipahami inti atau topik cerita (pakem) kemudian kita kembangkan sendiri. Jikalau tidak mampu, dapat membacakan sebuah buku cerita dongeng.
·      Yang terpenting adalah bagaimana cara kita menuturkan dongeng tersebut. Rangkaian kata dan efek suara yang disampaikan hendaknya kreatif agar tidak membosankan. Lafal ucapan harus menarik, keras, dan jelas. Intonasi suara mengikuti alur cerita kapan saat bersuara keras atau lembut. Suara boleh dibuat berbeda antar tokoh dan narator. Salah satu yang paling disenangi oleh anak-anak adalah menirukan suara.
·      Gerak tubuh dapat mempengaruhi cara mendongeng yang baik. Coba bayangkan bila kita hanya berdiri tegap tanpa ekspresi ketika mendongeng, membosankan bukan? Gerakan tangan, kaki atau anggota tubuh lain saat menirukan tokoh atau menyesuaikan dengan alur cerita. Ekspresi wajah juga mempunyai peranan penting terutama mata. Orang marah, gembira, atau bingung dan sebagainya dapat ditunjukkan melalui pandangan pendongeng.
·      Pilih jenis cerita sesuai dengan umur anak-anak. Untuk umur 3-8 tahun, usahakan mendongeng hal-hal lucu dengan penokohan hewan atau cerita-cerita fabel (hewan, tumbuhan, benda yang berbicara). Sedangkan untuk umur 8-12 tahun, dapat mendongeng tentang sejarah yang menampilkan jiwa patriotisme anak seperti cerita kepahlawanan atau tokoh heroik. Yang perlu diperhatikan adalah memulai mendongeng dengan cara yang singkat, padat dan tepat agar dapat menarik perhatian si pendengar. Pembuka merupakan cerminan isi mendongeng yang baik.
·      Buatlah cerita dongeng tidak perlu terlalu panjang. Sebab, batas konsentrasi anak terbatas. Anak cenderung cepat bosan dengan cerita yang terlalu panjang atau jalan cerita yang datar. Jika telah menampilkan satu adegan dalam cerita, usahakan menarik kembali perhatian anak-anak. Tingkatkan partisipasi anak dengan keaktifannya dengan memberi pertanyaan di sela-sela cerita. Ini dapat melatih pendengar dongeng untuk dapat menyimak setiap informasi yang Anda sampaikan dalam dongeng, dan menciptakan keterlibatan anak sehingga tidak hanya menjadi objek pasif saja.
Masih banyak faktor pendukung lain menjadi pendongeng profesional dalam arti kegiatan mendongeng sebagai profesi. Namun, setidaknya ulasan di atas dapat sedikit menjadi teknik mendongeng yang baik.
Selain memperdalam keterampilan mendongeng, seorang Guru juga harus berani belajar. Sering guru menganggap tugasnya hanyalah mengajar, dan melupakan belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Seolah-olah sudah berakhirlah tugasnya ketika sudah mengajar dan itu dilakukannya sebagai rutinitas yang berulang-ulang.
Bukan rahasia lagi kalau mutu dan profesionalitas guru masih menjadi tantangan utama pendidikan nasional. Sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru belum meningkatkan mutu dan profesionalitas mereka. Ada banyak kendala menyebabkan peningkatan mutu dan profesionalitas ini tidak juga berhasil dicapai. Salah satunya adalah rendahnya motivasi belajar para guru. Sudah seharusnya jika guru selain berani mengajar juga harus berani belajar. Bukankah ilmu pengetahuan itu terus berkembang, mungkin yang dipelajari 5 tahun yang lalu sudah berbeda dengan sekarang. Apabila itu diajarkan tentunya sudah tidak relevan lagi.
Salah satu peran guru adalah sebagai pelajar. Tidak hanya mengajar tetapi juga belajar. Cara belajar guru tentunya beragam, tapi secara umum sama dengan layak pelajar, yaitu dengan membaca. Kegiatan tersebut bisa dilakukan tidak hanya bersumber dari buku saja tetapi juga bisa dari internet yang sifatnya lebih dinamis. Setelah membaca selanjutnya diharapkan untuk guru mampu juga menulis. Peradaban bangsa ditandai dengan banyaknya karya tulis. Guru bisa membuat karya tulis dalam berbagai media. Menulis adalah salah satu kegiatan untuk mengasah kemampuan bernalar. Sehingga dalam mengajar guru menjadi bisa untuk menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang tak hanya menitikberatkan pada hafalan saja, tetapi juga guru bersama anak di kelas bisa menggunakan nalarnya untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Kegiatan belajar guru bisa juga dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, dan sebagainya. Jika gurunya selalu lebih pintar tentunya anak didiknya juga akan mengikuti. Perlombaan atau persaingan tidak hanya antara anak saja tetapi juga antara anak dan guru. Oleh sebab itu, guru selain harus mengajar juga harus belajar.
Pekerjaan sebagai Guru Sekolah Dasar adalah suatu pekerjaan rumit yang terlihat sepele. Guru mengajar satu kelas minimal diisi oleh 30 orang murid dengan karakter anak yang berbeda, lingkungan anak yang berbeda. Guru berusaha dan bekerja keras mengatasi setiap masalah pantang menyerah, ulet, tetapi bersikap ceria dan humoris dalam mengajar dan mendidik. Untuk itu, Guru harus terbiasa mengevaluasi diri karena guru selalu dituntut untuk merefleksi segala yang telah dikerjakan. Sehingga apa yang terasa masih kurang dapat dikaji ulang dengan memberi pengayaan. Sudah selayaknya kita bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya dengan mengembangkan kurikulum tetapi juga harus disertai dengan peninkatan kualitas Guru pengajar khususnya pada tingkat Sekolah Dasar. Karena di tingkat Sekolah Dasar inilah pembentukan dasar kecerdasan dan kepribadian siswa.

2 komentar: